Sabtu, 07 Agustus 2010

komik


KOMIK


by Syakir Muharrar (7 Agustus 2010)


Kata komik berasal dari bahasa Prancis comique dan dari Yunani purba yaitu komikos (sebagai kata sifat) artinya lucu atau menggelikan dan (sebagai kata benda) artinya pelawak badut atau terkait dengan komedi. Dalam bahasa Inggris comics merupakan perwujudan utama gejala sastra gambar. Cerita gambar pada masa lampau umumnya mengacu kepada cerita-cerita humoristis atau satiris untuk menghibur halayak. Yang termasuk dalam kategori ini bukan hanya komik berisi cerita panjang yang menggelikan melainkan juga komik pendek yang sekali muat di media masa yang biasa disebut komik strip. Komik adalah media grafis yang menyampaikan sebuah narasi gambar berurutan. Pada awalnya komik memang kebanyakan berasal dari karya lucu. Komik sebagai media untuk mengungkapkan kelucuan. Sifat komik menampilkan gambar lebih dominan dari kata-kata/tulisan, membedakannya dengan buku bergambar lainnya, meskipun ada beberapa tumpang tindih antara keduanya. Kebanyakan komik menggabungkan kata dengan gambar, terutama bila menunjukkan pengungkapan kata-kata dalam bentuk balon kata (http://en.wikipedia.org/wiki/Comics, diakses tgl. 19 Juni 2010.
Di Jerman istilah untuk komik adalah Bildergeshicte yang bermakna cerita bergambar atau Bilderstreifen yang berarti deretan gambar. Sedangkan orang Prancis menyebutnya BD singkatan dari ‘bande dessinee’ yang berarti deretan gambar. Orang Italia menyebutynya ‘fumetto’ yang bermakna hembusan asap untuk menyebut gelombang-gelombang berisi teks yang ada dalam komik (G. Sasongko, 2005: 53). Sementara peneliti komik Marcel Bonnef (2008:7) menyebut komik sebagai ”sastra gambar”. Komik seringkali diistilahkan dengan gambar berangkai, yang menggambarkan rangkaian peristiwa, gerak, proses, alur cerita, dan sebagainya. Hal ini dikemukakan pula oleh Triyono (2003: 10) bahwa komik merupakan gambar-gambar tersusun dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Namun rumusan baku tentang arti komik masih perlu ditelusuri.
Dalam uraiannya McCloud (2001: 5-9) mengemukakan bahwa dunia komik sangat luas dan beragam namun dapat disimpulkan bahwa komik adalah seni berturutan. Pengertian ini, khususnya mengenai gambar-gambar beserta lambang-lambang lain yang terjuktaposisi dalam turutan tertentu untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Seni berturutan yang dimaksudkan adalah dua atau lebih gambar yang menunjukkan perubahan secara urut. Perhatikan gambar yang cukup menarik berikut ini sebagai seni berturutan yang dicontohkan oleh McCloud. Bila dilihat satu persatu gambar-gambar di bawah ini tetap hanya berupa gambar. Akan tetapi ketika disusun sebagai turutan, sekalipun hanya terdiri dari dua gambar, seni dalam gambar-gambar itu berubah nilainya menjadi seni komik. Karena gambar tersebut selain berturutan juga terjuktaposisi atau tampil sekaligus pada satu bidang secara berdekatan (tidak bergantian sebagaimana halnya pada gambar/ film animasi yang hanya berturutan menurut waktu tetapi tidak terjuktaposisi).
Text Box:


Gambar 1. Beberapa contoh gambar berturutan dan terjuktaposisi di samping merupakan contoh komik sederhana
( McCloud, 1993: 15 ).           


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komik adalah satu alur cerita atau hal tertentu yang diwujudkan dalam bentuk gambar yang tersususn secara bertu- rutan dan terjukta posisi.


Ahmad Zeni (dalam "karna" karnamustaqim@yahoo.com. 5 Juni 2010) memberi penjelasan bahwa di sisi struktur -nya, kebanyakan permainan definisi meletakkan komik sbg penempatan gambar-gambar pada sekuens tertentu utk dibaca atau gabungan teks dan imej. Masalahnya adalah apakah memang sekuens yg menentukan urutan (juktaposisi) gambar-gambar sehingga disebut sbg komik? Kalau begitu semua objek di mana saja dapat merupakan susunan urutan sekuens bila ada perpaduan teks dan imej. Masalahnya adalah komik dapat juga tanpa kata-kata atau dapat juga tanpa gambar tapi hanya susunan tekstual. Namun kalau kita lihat dari sejarah munculnya konsep komik, maka memang pertamanya terjadi penyatuan antara gambar dengan teks. Kemudian muncul balon kata di antara gambar untuk menempatkan teks. Selanjutnya beranjak pada penggunaan panel-panel gambar bersusun dengan teks menyertainya. Jadi sebenarnya menurut Ahmad Zeni, mendefinsikan komik sangatlah sulit karena ia adalah sebuah konsep yg dinamis yg artinya setiap saat bisa berubah. Panel dan balon kata, pada awalnya memang menciptakan apa yg kita sebut sebagai komik, tetapi konsep komik sendiri berkembang melampaui batasan panel-panel dan balon kata-kata. Karena itu Ahmad Zeni menolak bila komik didefenisikan sebagai sebuah definisi pada bentuk formalnya, tetapi menganggap komik sbg sebuah konsep berkesenian, di mana komik memadukan seni visual dan sastra, tetapi sekaligus tidak tergantung pada seni visual maupun sastra.
Menurut McCloud, komik dimaksudkan untuk menyampaikan informasi dan atau untuk menghasilkan respons estetis dalam penyajiannya. Lebih lanjut dikemukakan sebuah perbandingan dengan film animasi sebagaimana telah disinggung di atas bahwa perbedaan antara komik dan film animasi adalah setiap frame pada film berturut-turut diproyeksikan pada ruang yang sama persis, sementara setiap frame pada komik harus menempati ruang yang berbeda (terjuktaposisi). Pada komik, waktu tampil sama tapi ruang tampil berbeda sedangkan pada film animasi, waktu tampil berbeda tapi ruang tampil sama (http://images.google.com/imgres?imgurl=http.19 Juni 2010)
Pada komik, semua tampilannya sudah tersaji pada permukaan bidang dengan susunan panel-panel yang menunjukkan sebuah alur kejadian yakni dari panel satu ke panel berikutnya menunjukkan sebuah perbedaan waktu. Sedangkan film animasi, tampil terus menerus pada satu panel dengan urutan gambar atau tampilan visual yang menunjukkan perbedaan waktu. Mungkin penjelasan ini bisa membantu pemahaman kita tentang hal yang esensial pada komik yang menunjukakan perbedaan mendasar dengan tampilan gambar lainnya baik tampilan berupa  penggambaran grafis maupun film animas.